Mekanisme pertahanan ego adalah strategi psikologis yang dilakukan oleh seseorang maupun sekelompok orang.
Umumnya dilakukan secara tidak sadar saat berhadapan dengan kenyataan untuk mempertahankan citra dirinya.
Biasanya mekanisme pertahanan ego ini dilakukan untuk melindungi seseorang dari kecemasan, menjaga harga diri, atau meringankan penderitaan yang dipicu oleh adanya interaksi sosial yang kurang menyenangkan.
Istilah ini pertama kali digunakan oleh Sigmund Freud, seorang psikoanalisis asal Austria dalam teori psikoanalisis.
Menurutnya, tiap-tiap orang memiliki mekanisme pertahanan ego yang berbeda-beda, dipengaruhi oleh pengalaman hidup ketika seseorang tersebut menginjak dewasa.
Meskipun hal ini merupakan hal yang wajar dimiliki oleh setiap orang, namun penggunaan mekanisme pertahanan diri yang secara terus menerus bisa menjadi patologis dan membuat seseorang berperilaku maladaptif.
Nantinya justru bisa mengganggu kesehatan fisik maupun mental orang tersebut.
Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk mengenali mekanisme pertahanan ego ini dan waspada akan seberapa sering kamu melakukannya.
Berikut ini adalah lima macam mekanisme pertahanan ego yang mungkin salah satunya juga kamu miliki.
5 Macam Mekanisme Pertahanan Ego
1. Penyangkalan (Denial)
Mekanisme pertahanan ego yang satu ini termasuk yang paling sederhana dan primitif, serta paling banyak dilakukan oleh sebagian besar orang.
Penyangkalan biasanya digunakan untuk menyatakan ketidaksetujuan atau penolakan terhadap realita yang tidak dapat kamu atasi.
Karena takut untuk menerima dan menghadapi konsekuensi dari kenyataan tersebut, maka kamu memilih untuk mengabaikannya dan menganggap bahwa fakta itu bukanlah hal yang benar.
2. Pemindahan (Displacement)
Mekanisme ini dilakukan oleh seseorang dengan mengalihkan emosi negatif yang dirasakannya kepada orang lain yang dianggap kurang mengancam terhadap dirinya.
Sebagai contoh, kamu merasa kesal karena mendapat omelan dari orang tua, namun alih-alih mengungkapkan kemarahan secara langsung kepada mereka yang telah membuat kamu kesal, kamu justru melampiaskan kekesalan itu kepada adik yang masih kecil.
Hal ini disebabkan karena dengan mengungkapkan kemarahan kepada adik tidak akan membuat situasi menjadi lebih tegang dan membuat kamu tidak nyaman, dibandingkan jika kamu mengungkapkannya secara langsung kepada orang tua.
3. Represi
Represi menjadi salah satu mekanisme pertahanan ego yang juga cukup sering dilakukan oleh sebagian besar orang secara tidak sadar.
Represi dilakukan dengan mengesampingkan atau menyembunyikan pikiran, ingatan, atau impuls yang menyakitkan di masa lalu yang membuat kamu terganggu.
Daripada harus menghadapi dan mencoba berdamai dengan keadaan, kamu berharap agar ingatan-ingatan menyakitkan yang pernah terjadi dahulu, bisa hilang sepenuhnya.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Padahal hal ini bisa memengaruhi perilaku dan hubungan sosial kamu dengan orang lain nantinya di masa depan.
4. Sublimasi
Sublimasi merupakan salah satu mekanisme pertahanan ego yang tergolong positif, bahkan menurut Freud sendiri bisa menunjukkan kedewasaan.
Sublimasi dilakukan oleh seseorang dengan menyalurkan emosi atau perasaan negatifnya terhadap benda atau aktivitas yang memiliki manfaat dan bisa diterima atau tidak mengganggu orang lain.
Contoh dari mekanisme pertahanan ego ini adalah melakukan yoga atau berolahraga untuk melampiaskan perasaan frustrasi yang dialami saat bekerja.
5. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan bentuk mekanisme pertahanan ego yang dilakukan oleh seseorang dengan mengemukakan alasan yang tampak logis untuk membenarkan perasaan atau perilaku yang tidak dapat diterima.
Contohnya adalah jika kamu menerima penolakan saat mengajak seseorang untuk berkencan, lalu kamu memberi alasan bahwa sebenarnya kamu melakukan hal itu hanya untuk bercanda dan tidak benar-benar menyukai orang tersebut.
Nah, itulah lima macam mekanisme pertahanan ego yang dilakukan oleh sebagian besar orang. Adakah salah satunya yang juga sering kamu lakukan?
Jika kamu tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai mekanisme pertahanan ego agar tidak terjebak di dalamnya, penggambaran tokoh Jaya dalam buku Kerumunan Terakhir yang ditulis oleh Okky Madasari ini akan membantu kamu dalam memberikan gambaran terkait mekanisme pertahanan ego.
Kerumunan Terakhir menceritakan mengenai Jayanegara, seorang laki-laki pengangguran dan putus kuliah yang menemukan “dunia baru”-nya melalui media sosial.
Ia kemudian melahirkan dirinya kembali sebagai Matajaya, seorang laki-laki terkenal berprofesi sebagai fotografer di New York melalui dunia digital ini.
Media sosial menjadi sebuah tempat pelarian bagi Jaya untuk menuangkan segala keinginan yang telah ia idam-idamkan selama ini.
Jaya bahkan menganggap bahwa kehidupan virtual yang dijalaninya dalam dunia digital ini sebagai sebuah realita, dan mengalami kesulitan untuk memisahkan antara dunia nyata yang sebenarnya dengan dunia maya.
Kasus-kasus yang disajikan di dalam buku ini pun sangat dekat dengan keseharian yang juga dialami oleh generasi digital saat ini yang aktif dalam media sosial.
Dengan apik penulis menggambarkan dunia digital yang bisa membuat siapa saja menjadi terkenal dalam sekejap, mendapatkan validasi atau pengakuan, hingga melakukan kebohongan dan memberikan kritik yang tajam dengan mudah tanpa perasaan bersalah.
Melalui sikap dan kasus-kasus yang dialami oleh Jaya dalam dunia virtual tersebut, kamu akan bisa melihat wujud dari mekanisme pertahanan ego dan melihat motif atau faktor tertentu yang melatarbelakangi hal tersebut.
Jika kamu tertarik untuk membaca bukunya, kamu bisa mendapatkan buku Kerumunan Terakhir ini dengan membelinya melalui Gramedia.com.
Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli bukunya dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.