Dalam setiap hubungan, boundaries atau batasan memegang peran penting untuk menjaga keharmonisan.
Boundaries ini adalah batasan sehat yang membuat setiap pihak merasa aman, dihargai, dan tidak kewalahan.
Bentuknya beragam, mulai dari batas emosional, fisik, waktu, komunikasi, hingga batas sosial.
Menentukan boundaries bukan berarti sebagai bentuk larangan atau membatasi orang lain secara sewenang-wenang, melainkan bentuk untuk memastikan kenyamanan bersama.
Dengan adanya boundaries dalam hubungan, setiap pihak dapat memahami apa yang nyaman dan apa yang tidak sehingga hubungan menjadi lebih sehat, harmonis, dan saling menghargai.
Apa Itu Boundaries dalam Hubungan?
Pernah nggak sih kamu merasa hubungan yang awalnya terasa ringan, lama-kelamaan justru berubah menjadi melelahkan? Atau kamu sering bingung harus bersikap seperti apa karena takut salah langkah?
Situasi seperti ini sering kali muncul bukan karena kamu terlalu sensitif, melainkan karena boundaries dalam hubungan belum terbentuk dengan jelas.
Oleh karena itu, boundaries dibutuhkan sebagai batasan sehat yang membantu menjaga rasa aman, kenyamanan, dan keseimbangan sehingga hubungan dapat berjalan dengan lebih harmonis dan saling menghargai.
Boundaries dalam hubungan adalah batas sehat yang diperlukan agar setiap individu tetap merasa aman, dihargai, dan tidak kewalahan secara emosional.
Dengan adanya boundaries, seseorang dapat mengenali sampai di mana batas kenyamanan dirinya, sekaligus memahami batas orang lain.
Bentuk boundaries dalam hubungan pun beragam, mulai dari batas emosional, fisik, waktu, komunikasi, hingga batas sosial.
Penting untuk dipahami bahwa boundaries bukan bertujuan melarang atau membatasi orang lain secara sewenang-wenang.
Sebaliknya, boundaries justru membantu menciptakan hubungan yang lebih sehat karena semua pihak mengetahui apa yang terasa nyaman dan apa yang tidak.
Jenis Boundaries dalam Hubungan
1. Boundaries Fisik
Boundaries fisik berkaitan langsung dengan tubuh dan ruang pribadi masing-masing.
Ini mencakup batasan terkait sentuhan, jarak, dan kenyamanan fisik.
Menetapkan boundaries fisik membantu setiap pihak merasa aman dan dihargai, serta menghindari ketidaknyamanan atau rasa terpaksa.
Boundaries fisik bukan tentang menjauhkan diri dari pasangan, melainkan memastikan setiap interaksi tetap nyaman bagi kedua pihak.
Contohnya, kamu bisa mengatakan:
- “Aku nggak nyaman dipeluk kalau lagi marah.”
- “Tolong beri jarak dulu kalau kita sedang diskusi serius.”
2. Boundaries Emosional
Boundaries emosional adalah ruang yang kamu butuhkan agar hatimu tetap stabil.
Kamu boleh peduli terhadap orang lain, tetapi kamu tetap memiliki kapasitas emosional yang terbatas.
Batasan ini membantumu membedakan mana emosi yang jadi tanggung jawabmu, dan mana yang sebenarnya bukan tugasmu untuk menampung.
Contoh kalimat yang bisa digunakan:
- “Aku bisa mendengarkan cerita kamu, tapi aku nggak bisa jadi tempat kamu melampiaskan kemarahan.”
- “Aku butuh waktu buat menenangkan diri sebelum kita ngobrol lagi.”
Kadang, kamu cuma butuh jeda supaya pikiran kamu tetap jernih.
3. Boundaries Waktu dan Ruang Pribadi
Boundaries yang satu ini paling sering disepelekan.
Banyak orang merasa bersalah hanya karena ingin waktu sendiri, padahal itu kebutuhan dasar manusia.
Kamu berhak melakukan hal-hal yang membuatmu bahagia tanpa perlu memberikan penjelasan panjang.
Jika boundaries waktu diabaikan, kamu akan cepat lelah dan kehilangan ruang untuk diri sendiri dan berefek pada keharmonisan dengan pasangan.
4. Boundaries Komunikasi
Terkadang masalah bukan pada apa yang dibicarakan, tapi bagaimana cara menyampaikannya.
Boundaries komunikasi membantumu menegaskan nada bicara, ritme, dan kondisi seperti apa yang bikin kamu nyaman untuk ngobrol dengan pasangan.
Dengan batas komunikasi yang jelas, hubungan jadi lebih tertata, dan konflik lebih mudah diselesaikan tanpa meledak-ledak.
5. Boundaries Sosial
Boundaries sosial adalah batasan yang kamu tetapkan dalam berinteraksi dengan dunia luar.
Kamu tidak wajib hadir di semua acara, selalu siap dihubungi teman, atau mengikuti setiap rencana keluarga.
Setiap orang memiliki kapasitas sosial yang berbeda, dan menghargai batasan ini penting untuk menjaga kesejahteraan diri.
Batas sosial yang baik membantumu tetap memiliki kendali atas energi dan waktu sendiri.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
6. Boundaries Finansial
Topik ini dianggap sensitif, tapi justru penting untuk dibicarakan.
Boundaries finansial membantu kamu dan orang lain mengerti tanggung jawab masing-masing, mana yang perlu dibicarakan dulu, dan mana yang sebenarnya tidak wajib kamu tanggung.
Dengan batasan finansial yang sehat, kamu bisa terhindar dari rasa sungkan, tekanan, atau konflik yang sebenarnya bisa dicegah sejak awal.
Ketika semua jenis boundaries ini diterapkan secara bersamaan, kamu akan lebih mudah melihat mana batasan yang sudah dijalankan, dan mana yang mungkin selama ini terabaikan.
Cara Menerapkan Boundaries Tanpa Membuat Hubungan Jadi Kaku
1. Kenali Apa yang Kamu Butuhkan
Langkah pertama yang sering terlewat adalah memahami kebutuhan diri sendiri.
Kamu tidak bisa menetapkan batas jika belum tahu apa yang sebenarnya ingin kamu lindungi.
Perhatikan momen-momen kecil yang membuatmu merasa lelah, kesal, tidak dihargai, atau tiba-tiba turun mood.
Dengan mengenali hal-hal ini, kamu bisa menentukan boundaries yang tepat tanpa membuat hubungan terasa kaku.
2. Komunikasikan dengan Tenang dan Jelas
Setelah mengetahui apa yang kamu butuhkan, langkah berikutnya adalah menyampaikannya kepada pasangan atau orang lain dengan cara yang tenang dan jelas.
Hindari menyalahkan atau menuduh, fokuslah pada perasaan dan kebutuhanmu sendiri.
Dengan komunikasi yang terbuka dan jelas, boundaries dapat diterima tanpa membuat hubungan terasa kaku atau tegang.
Contohnya, “Aku lagi butuh waktu sendiri agar bisa tenang sebelum kita ngobrol,” atau “Aku nyaman kalau kita memberi jarak sebentar saat sedang konflik, lalu baru membahasnya lagi.”
3. Konsisten
Menetapkan boundaries saja tidak cukup karena konsistensi adalah kunci agar batasan yang kamu buat dihargai dan efektif.
Jika kamu tidak konsisten, maka orang lain akan bingung dan boundaries menjadi tidak jelas.
Konsistensi juga membantu membangun rasa aman dan saling menghargai dalam hubungan.
4. Tetap Fleksibel
Fleksibilitas juga dibutuhkan agar boundaries tidak membuat hubungan terasa kaku.
Situasi tertentu menuntut penyesuaian sementara karena kebutuhan manusia bisa berubah seiring berjalannya waktu.
Fleksibilitas berarti kamu tetap memegang prinsip batasanmu, tapi bisa menyesuaikan dengan kondisi tanpa mengorbankan kenyamanan atau kesehatan emosionalmu.
Contoh Kalimat Boundaries yang Bisa Dipakai Sehari-hari
Berikut beberapa contoh kalimat boundaries yang sederhana namun efektif.
1. Boundaries untuk Privasi dan Ruang Pribadi
Sering kali orang tidak menyadari ketika mereka sudah masuk terlalu jauh ke ranah yang kita anggap pribadi.
Daripada menumpuk rasa kesal, lebih baik menyampaikannya dengan cara yang baik dan jelas.
Contoh kalimat:
- “Aku nggak nyaman kalau kamu membaca chat pribadiku.”
- “Aku butuh ruang sendiri dulu, nanti aku akan kembali ketika sudah siap ngobrol.”
- “Aku butuh waktu untuk diri sendiri hari ini, jadi mungkin aku akan agak offline.”
2. Boundaries Saat Emosimu Lagi Tidak Stabil
Ketika emosimu sedang tidak baik-baik saja, kamu berhak mengambil jeda dari percakapan yang bikin kamu makin lelah.
- “Aku butuh jeda sebentar dari diskusi ini.”
- “Aku mau tenang dulu, nanti kita lanjut ngobrol saat aku sudah lebih stabil.”
- “Aku sayang sama kamu, tapi aku capek banget dan butuh break sebentar.”
3. Boundaries Terkait Beban Cerita dan Emosi Orang Lain
Mendengarkan orang lain memang baik, tapi itu tidak berarti kamu harus menanggung semua beban emosi mereka setiap saat.
Menetapkan boundaries emosional membantu menjaga kesehatan mentalmu sekaligus tetap menunjukkan kepedulian.
- “Aku senang kamu cerita, tapi aku capek dan butuh istirahat sekarang.”
- “Aku bisa dengerin, tapi aku nggak bisa kasih respons panjang dulu ya.”
- “Aku peduli sama kamu, tapi aku nggak sanggup nerima cerita berat terus-menerus hari ini.”
4. Boundaries di Lingkungan Kerja atau Pergaulan
Di hubungan profesional atau pertemanan, batasan yang jelas bisa menyelamatkan kamu dari burnout atau ekspektasi yang berlebihan.
- “Aku nggak bisa balas chat kerjaan di luar jam kerja.”
- “Aku perlu waktu buat nyelesain tugasku dulu sebelum nerima tugas tambahan.”
- “Aku kurang nyaman bahas topik itu di depan orang lain.”
5. Boundaries saat Berhubungan dengan Keluarga atau Pasangan
Di hubungan yang paling dekat sekalipun, menetapkan batasan tetap penting.
Boundaries bukan untuk menjauh, melainkan untuk menjaga kehangatan, rasa aman, dan saling menghargai.
Contoh kalimat yang bisa kamu gunakan:
- “Aku nggak suka kalau kamu meninggikan suara ke aku.”
- “Aku butuh tahu rencana besar sebelum kamu ambil keputusan yang melibatkan kita.”
- “Aku butuh dihargai saat aku bilang ‘nggak’.”
Intinya, bukan soal menghafal kalimat mana yang paling tepat, melainkan memahami kebutuhan diri sendiri dan berani menyampaikannya dengan cara yang tetap hangat, penuh hormat, dan menjaga keharmonisan hubungan.
Jika kamu ingin memahami batasan diri lebih dalam, buku Set Boundaries bisa menjadi bacaan yang relevan.
Buku ini akan membantumu belajar menentukan batasan yang sehat dengan pasangan, keluarga, teman, hingga di lingkungan profesional, tanpa harus merasa bersalah atau merusak relasi yang ada.
Dengan boundaries yang jelas, kamu akan tahu sejauh mana orang lain boleh masuk ke dalam hidupmu dan tidak lagi membiarkan dirimu terus-menerus terkuras secara emosional.
Ditulis dengan bahasa ringan dan mudah dipahami, buku ini juga dilengkapi contoh-contoh nyata dari keseharian yang membantumu menerapkannya secara lebih sadar dan realistis.
Dapatkan segera buku Set Boundaries di Gramedia.com atau Gramedia Digital untuk versi E-book!