Bedah Buku dan Penganugerahan Muri Jamulogi 

Lihat Foto
Sumber Gambar: Dok. Elex Media Komputindo 
Bedah Buku Dasar Farmakologi Kimia Medisinal dan Jamulogi
Rujukan artikel ini:
Dasar Farmakologi, Kimia Medisinal &…
Pengarang: apt. Fajar Prasetya, S.Farm.,…
|
Editor: Novia Putri Anindhita

Buku Seri 1: Belajar Mudah Farmasi, Jamulogi, dan Ilmu Kesehatan.

Mengangkat Judul awal yakni ‘Dasar Farmakologi, Kimia Medisinal, dan Jamulogi.

Penulis Buku ini ‘apt. Fajar Prasetya, M.Si., Ph.D’, mendapatkan Piagam Penghargaan Museum Rekor Dunia dan Indonesia sebagai Penulis Pertama buku Jamulogi pada tanggal 22 April 2024, bertempat di Jaya Suprana Institute.

Pada buku ini dijabarkan tentang Jamu berbasis Filosofi Djampi Oesodo sebagai penyempurnaan farmasi karena jamu memberikan dampak fisiologis (secara biokimia) melalui molekul metabolit primer dan sekunder yang terkandung di dalam jamu yang membawa energi bebas/potensial ikatan dan energi konformasi pada metabolit primer maupun sekunder yang menyebabkan mesin biologi (protein) tubuh akhirnya menyebabkan perubahan fisiologis.

Namun, jamu juga masuk ke dalam pemanfaatan wilayah psikis untuk memengaruhi fisiologis.

Fakta dan bukti tentang fenomena ini sangat sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari kita, seperti saat kita teringat tentang hal yang begitu menyedihkan atau juga yang begitu menyenangkan pada dimensi kesadaran, kemudian secara spontan mekanisme fisiologis tubuh kita seperti menghasilkan air mata, hidung berair, dan peningkatan detak jantung serta pernafasan.

Fenomena atau fakta hubungan antara perubahan psikis (kesadaran) dengan perubahan fisiologis manusia terkuatkan dengan hasil riset yang dilakukan di Relativistic Heavy Ion Collider (RHIC) – DOE’s Brookhaven National Laboratory – U.S. Department of Energy Office of Science user facility for nuclear physics research, collisions of light produce matter of pure energy.

Data atau bukti ini juga sesuai dengan informasi penciptaan alam semesta yang dimulai dari penciptaan energi yang telah diinformasikan dalam Islam, yakni “Sungguh Allah menciptakan nur (cahaya/energi) Nabimu sebelum segala sesuatu (hadits riwayat sahabat Jabir RA).

Jika seluruh materi di dunia ini terbentuk dari cahaya/energi yang pada akhirnya memiliki massa, intensitas dan panjang gelombang, phase dan vector, frekuensi, dan sifat bermacam-macam, maka jelas terlihat bahwa ada kesadaran yang mengatur cahaya/energi tersebut yang menjadikan materi yang berbeda-beda yang menjadikan satu hukum Allah (Sunnatullah) karena “sesungguhnya hanya Dia-lah yang memiliki sifat wujud”.

Pernyataan ini menunjukkan ‘Jamu (Djamoe)’ merupakan bukti bahwa bangsa kita telah memiliki human advance technology yang tinggi karena mampu membuat mahakarya warisan budaya dan spiritual pada jamu sebagai nilai hingga metode dan teknik holistic.

Selain itu, kesadaran untuk mencapai dan memelihara kesehatan tidak cukup pada level materi molekul kimia bahan alam (saat itu) dan molekul kimia sintetik (saat ini), namun juga perlu melibatkan level energi (fisika) dan level psikis (dimensi kesadaran).

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Jamu dengan filosofi Djampie Oesodo dan dasar negara Indonesia Ketuhanan yang Maha Esa, memperluas definisi obat untuk kesehatan pada level spiritual, psikis, energi, molekul kimia, tenaga fisik (dengan alat kesehatan maupun tanpa alat kesehatan, seperti pijat).

Kesimpulan yang dapat diambil adalah untuk sehat, manusia harus masuk dan mengatur semua dimensi/level tersebut dan jawabanya adalah Jamu.

Filosofi Djampi Oesodo

Jamulogi hadir sebagai bidang ilmu untuk mengkaji atau mempelajari dengan meluas dan mendalam tentang jamu berbasis filosofi Djampi Oesodo.

Adapun perwujudan Jamu berbasis filosofi ‘Djampi-Oesodo’ seperti:

  1. Pemijatan (energi mekanik),
  2. Olah nafas, raga, tarian, dan meditasi (energi mekanik dan pernafasan yang mempengaruhi metabolisme tubuh yang akan berdampak dalam perubahan energi potensial ikatan antar molekul, dan energi konformasi molekul),
  3. Minuman/makanan, suplemen, dan aromaterapi dari bahan alam yang mengandung molekul metabolit primer-sekunder (energi potensial ikatan antar molekul dan energi konformasi molekul),
  4. Musik, radiasi sinar, cahaya dan pola warna, alat kesehatan, dan penggunaan batu alam (panjang gelombang, frekuensi, intensitas, magnitude, radiasi energi),
  5. Lirik lagu, doa, mantra, sugesti (dimensi kesadaran yang mempengaruhi sistem saraf kemudian memengaruhi metabolisme fisiologi energi potensial ikatan antar molekul dan energi konformasi molekul).

Jamulogi” berasal dari kata Jamu (metode hingga produk untuk kesehatan) dan logos (ilmu dan pengetahuan) dengan filosofi Djampi Oesodo.

Jamu (Djamoe) berasal dari kata ‘Djampi’ yang berarti mantra atau obat atau teknik fisik dan non-fisik, sementara Oesodo artinya kesehatan.

Berdasarkan definisi ini, menunjukkan bahwa jamu tidak hanya terbatas pada olahan bahan alam yang diminum tetapi juga merujuk pada doa (dimensi kesadaran dan ketuhanan), teknik fisik dan non-fisik, serta molekul kimia (materi dan energi) bahan alam yang bertujuan untuk menjaga hingga meningkatkan kesehatan.

Jamu dapat berupa makanan-minuman, kosmetik, supelem kesehatan, alat kesehatan, teknik pijat, mantra, tari-tarian, musik-lagu, radiasi energi yang mana dalam penggunaannya harus disertai dengan kesadaran adanya Tuhan (doa) sebagai pemilik kesadaran dalam penentuan kesembuhan dan kesehatan.

Selama ini, Bangsa Indonesia selalu bergantung kepada negara-negara lain dalam perkembangan ilmu, teknologi, budaya, kebijakan ekonomi, hingga politik.

Filosofi Djampie Oesodo ini menyadarkan bahwa, budaya leluhur kita memiliki kecanggihan ilmu, teknologi, budaya dan spiritualitas yang telah mencapai puncak perkembangan keilmuan dan teknologi.

Maka selayaknya kita berbangga dan melestarikan berbagai budaya jamu Indonesia untuk kesehatan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

TAG:

Terkini
Lihat Semua
Jelajahi