Apa itu BEP? Istilah Penting untuk Kamu yang Punya Usaha Sendiri

Lihat Foto
Sumber Gambar : Canva Pro
Rujukan artikel ini:
No Sales, No Business
Pengarang: Tony Sartono
Penulis Renny Novita
|
Editor: Novia Putri Anindhita

Seperti yang dikutip dari Forbes.com, sebuah survey di Bentley University menemukan bahwa kaum milenial (yang juga disebut sebagai generasi Y) mempunyai mimpi dan pemahaman berbeda mengenai kesuksesan dalam berkarir.

Jika generasi sebelumnya memandang kesuksesan dengan jabatan tinggi di level executive, kaum milenial lebih meletakan mimpinya dengan membangun usaha sendiri.

Selain memperoleh kebebasan mengelola waktu, keuntungan yang diperoleh dapat melebihi mereka yang bekerja kantoran.

Lalu bagaimana kamu sebagai golongan milenial mengetahui kapan usahamu mencapai keuntungan?

Break-Even Analysis

Kamu mungkin lebih memilih menerka kira-kira kapan usahamu sudah mendapat keuntungan tetapi kamu sebenarnya bisa melakukan evaluasi lebih terperinci dengan Break-Even Analysis.

Break Even Analysis akan menentukan break-even point (BEP).

Apa itu BEP?

Jadi apa itu BEP atau break-even point dan mengapa ini penting dalam bisnis?

Break-even point (BEP) adalah kondisi ketika modal usaha sudah tertutupi dengan pendapatan.

Pada break-event point, kamu tidak rugi namun tidak memperoleh untung/profit.

Ketika kamu sudah melampaui BEP, barulah kamu mendapatkan profit.

Namun, jika usahamu berada di bawah BEP, kamu rugi.

Mengetahui di titik mana kita berada, menjadi sangat penting untuk keberlangsungan bisnis yang kamu jalankan.

Cara Menghitung BEP

Kamu dapat menghitung BEP dengan rumus matematika sederhana.

Prinsipnya, kamu mencapai BEP ketika modal usaha yang dalam istilah bisnis disebut Total Cost (TC) sama dengan jumlah pendapatan yang disebut sebagai Total Revenue (TR).

Jadi rumusnya adalah, TC=TR

Total Costs (TC)

Total Cost (TC) mempunyai dua komponen variabel, yaitu Fixed Costs (FC) dan Variable Costs (VC).

Komponen Variabel dalam TC

1. Fixed Costs (FC)

Fixed costs (FC) adalah biaya tetap yang kamu keluarkan terlepas dari berapa pendapatan bisnis.

Contoh FC adalah biaya sewa bangunan, gaji karyawan dan asuransi.

2. Variable Costs (VC)

Variable costs (VC) adalah biaya yang kamu keluarkan tergantung jumlah barang yang terjual atau yang kamu produksi.

Contoh VC adalah bahan produksi, lembur karyawan, biaya listrik dan air, komisi penjualan dan biaya transportasi.

Oleh karena itu, Total Variable Cost (TVC) sama dengan VC dikalikan dengan jumlah unit (n).

TVC = VC x n

Contoh,

Pada hari Jum’at kamu mendapatkan order untuk memproduksi 100 keripik pedas.

Kamu harus menugaskan lembur untuk 2 orang karyawan produksi.

Untuk 3 jam lembur, kamu membayar Rp 100.000,- per orang.

Maka TVC yang kamu bayarkan adalah,

TVC = Rp 100.000,- x 2 = Rp 200.000,-

Kesimpulannya, Total Costs (TC) sama dengan Total Fixed Costs ditambah dengan Total Variable Costs

TC = FC + (VC x n).

Total Revenue (TR)

Total Revenue (TR) adalah jumlah pendapatan yang didapatkan dari perkalian harga barang (price/P) dengan jumlah barang yang kamu produksi atau kamu jual (n).

TR = P x n

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Contoh,

Kamu menjual keripik pedas sebesar Rp 12.000 per bungkus.

Kemarin, kamu berhasil menjual 100 bungkus.

Maka,

Total Revenue (TR) = Rp 12.000,- x 100 = Rp 1.200.000,-

Menghitung BEP dikaitkan dengan Target

Kita mengetahui kalau, BEP diperoleh ketika Total Costs sama dengan Total Revenue.

Jika dijabarkan menggunakan rumusan di atas, maka

TC = TR

FC + (VC x n) = P x n

Maka jumlah yang harus kamu produksi atau jual untuk mencapai BEP adalah,

n = FC/(P-VC)

Contoh,

Kamu berencana mengeluarkan produk keripik 1000 level pedas dalam kemasan 200 gr.

Menurut survey di lapangan, kamu bisa menjual produk dengan harga Rp 12.000,- dan tim marketing yakin mereka bisa menjual 1000 pcs dalam satu bulan.

Kamu membutuhkan tempat produksi, alat produksi serta 3 orang karyawan dengan estimasi biaya Rp 72.000.000, - dibagi dalam satu tahun, sehingga Fixed Cost (FC) per bulan adalah sebesar Rp 6.000.000,-.

Sementara estimasi Total Variable Costs (TVC) per bulan untuk minimal 1000 buah adalah sebesar Rp 6.000.000,-.

Komponen ini meliputi total biaya listrik dan air sebesar Rp 2.500.000, total biaya bahan produksi Rp 3.000.000,- dan total lembur karyawan Rp 500.000,-.

Maka, Variable Costs (VC) per keripik adalah Rp 6.000.000,- dibagi 1000 pcs adalah sebesar Rp 6.000,-

Pertanyaannya,

Apakah target 1000 keripik mampu mencapai BEP?

Mari kita gunakan formula unit di atas.

n = FC/(P-VC)

n = Rp 6.000.000,- / (Rp 12.000 - Rp 6.000)

n = Rp 6.000.000,- / Rp 6.000

n = 1000 pcs

Artinya 1000 pcs kamu hanya mampu mencapai BEP atau belum mampu memperoleh keuntungan.

Cara yang kamu bisa lakukan adalah dengan mengevaluasi kembali Fixed Costs (FC) atau menaikan target penjualan lebih dari 1000 pcs.

Sebagai panduan dalam berbisnis, kamu juga bisa mengedukasi dirimu dengan buku No Sales No Business yang ditulis oleh Tony Sartono.

Di dalam buku ini kamu diberikan panduan penting seperti bagaimana cara mengidentifikasi peluang bisnis dengan menganalisa kebutuhan yang dicari dan diinginkan oleh konsumen.

Semakin kita bisa menjawab kebutuhan konsumen, semakin besar juga peluang untuk memperoleh profit.

Hal lain yang tidak kalah penting dengan profit adalah bagaimana kamu membuat perusahaan dapat bertahan di pasaran dengan mengelola sumber daya manusia yang handal dan menjalankan perusahaan sesuai dengan etika bisnis.

Buku yang bisa kamu beli di Gramedia.com ini selain membantu kamu memahami bisnis, tapi juga bisa membuat bisnismu melewati BEP sesuai harapan.

Selamat berbisnis!

TAG:

Terkini
Lihat Semua
Jelajahi