Kalau kamu sedang berada di dalam persimpangan hidup, quarter life crisis yang tak kunjung usai, mencari makna kehidupan dan eksistensi diri, serta berusaha membangunkan kembali mimpi-mimpi lama, novel Sang Alkemis karya Paulo Coelho bisa menjadi teman jeda sejenak dalam melakukan perenungan terhadap keputusan-keputusan hidup yang sudah atau akan kita ambil.
Dalam setiap lembaran-lembaran ceritanya, kamu akan dibawa untuk menyelami dirimu sendiri.
Dalam setiap kata-kata yang tertulis, kamu akan dibawa dalam sebuah perjalanan kehidupan yang mencerahkan.
Lalu, setelah kamu menutup buku ini, akan muncul sensasi rasa syukur bahwa ternyata kamu selama ini sudah hidup sebaik-baiknya sebagai manusia.
Inilah alasan mengapa setidaknya sekali seumur hidup, kita wajib membaca Sang Alkemis.
Alasan Wajib Baca Sang Alkemis
1. Santiago adalah Setiap Kita
Manusia diciptakan memiliki rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu itu kemudian berevolusi menjadi rasa untuk ingin memiliki.
Di dalam novel, tokoh Santiago, yang awalnya ingin tahu arti dari mimpinya tentang harta karun yang tersembunyi di antara piramida-piramida Mesir, akhirnya ingin memiliki harta tersebut.
Ia kemudian melakukan berbagai cara untuk mewujudkannya.
Apa yang dilakukan oleh Santiago adalah refleksi dari setiap kita.
Manusia yang memiliki rasa ingin tahu yang besar, pasti akan berusaha mencari jawaban, termasuk jawaban dari setiap mimpi-mimpinya.
Mimpi sendiri terdiri dua jenis, yaitu mimpi yang memang muncul ketika kita sedang tidur atau mimpi yang secara sadar hadir dari berbagai pengaruh faktor eksternal.
Dua-duanya memantik rasa ingin tahu kita sebagai manusia.
Dalam kasus Santiago, mimpi yang muncul ketika ia sedang tidur tentang harta karun di Mesir menjadi pemacu mimpinya selama ini untuk berkeliling dunia, namun ia hanya mampu mewujudkan itu dengan menjadi penggembala dalam jangkauan perjalanan yang tidak terlalu jauh.
Secara psikologis, memang ada kaitannya tentang apa yang muncul di dalam mimpi kita dengan apa yang ada di dalam pikiran kita atau apa yang kita ingin capai.
Mimpi tidak hadir begitu saja. Diperlukan bermacam-macam stimulus fisiologis dan psikologis untuk merakitnya.
2. Perjalanan Spiritual Manusia Diibaratkan dengan Perjalanan di Padang Pasir
Dunia yang kita tempati ini bukanlah tempat yang sempurna, melainkan hanyalah versi miniatur dari dunia yang sesungguhnya sempurna.
Oleh karena itu, manusia diminta menafsirkan sendiri kesempurnaan kehidupan versi mereka di dunia ini.
Perjalanan Santiago di Jazirah Arab dan padang pasir merupakan sebuah refleksi perjalanan spiritual manusia.
Harta karun yang ada di piramida-piramida Mesir bukanlah tujuan akhir dari perjalanannya.
Sebagaimana kehidupan, segala jenis materi yang dimiliki bukanlah tujuan akhir dari perjalanan manusia.
Justru terkadang materi-materi itulah yang menyesatkan manusia sehingga ia lupa untuk menikmati setiap proses dari perjalanan hidup.
Perjalanan itu sudah membuat Santiago semakin mengerti arti kehidupan yang ternyata sangat jauh dari apa yang ia bayangkan.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Pertemuannya dengan si putri saudagar, peramal Gipsi, raja tua, pedagang kristal, hingga pada akhirnya bertemu dengan sang alkemis adalah takdir yang membantu Santiago untuk mewujudkan mimpinya.
Jika kita mau menyelami lebih jauh dan terbuka untuk mengakui beragam kemungkinan, dunia ini selalu memberikan kejutan-kejutannya kepada kita.
Pertemuan kita dengan orang-orang yang sudah memberi arti di setiap titik perjalanan adalah benang merah untuk memahami kejutan-kejutan itu.
3. Mewujudkan Mimpi Bukan Tujuan Akhir
Sebaik-baiknya mimpi adalah yang diwujudkan.
Bahkan jika mimpi itu tidak mewujud seperti apa yang kita harapkan, proses dalam mewujudkan mimpi itu juga sudah menjadi satu kesatuan karena pada hakikatnya kita tidak bisa mengontrol apa yang ada di luar mimpi kita.
Kita hanya bisa mengontrol pikiran kita terhadap mimpi-mimpi kita itu.
“Dalam keheningan anak itu memahami bahwa padang pasir, angin, dan matahari juga sedang mencoba memahami tanda-tanda yang digoreskan tangan itu, berusaha mengikuti jalan hidup mereka, dan matahari juga sedang mencoba memahami tanda-tanda yang digoreskan tangan itu, berusaha mengikuti jalan hidup mereka, dan memahami apa yang telah dituliskan pada sebentuk batu zamrud.
Dia melihat pertanda-pertanda yang tersebar di langit dan bumi, dan tak ada alasan ataupun makna dalam keberadaan mereka; dia melihat bahwa padang pasir, angin, matahari, maupun manusia tak ada yang tahu mengapa mereka diciptakan.
Namun tangan itu mempunyai alasan untuk semua ini, dan hanya tangan itu yang bisa membuat keajaiban-keajaiban, atau mengubah laut menjadi padang pasir… atau mengubah manusia menjadi angin.
Sebab hanya tangan itu yang mengerti bahwa rancangan yang lebih mulialah yang telah menggerakan alam semesta ini ke titik di mana enam hari penciptaan berevolusi menjadi suatu Karya Agung.
Si anak lelaki menjangkau ke dalam Jiwa Dunia, dan melihatnya sebagai bagian dari Jiwa Tuhan. Dan dia melihat bahwa Jiwa Tuhan adalah jiwanya sendiri.
Dan bahwa dia, yang hanya seorang anak lelaki, dapat membuat keajaiban-keajaiban pula.”
Pada akhirnya, mewujudkan mimpi bukanlah tujuan akhir dari perjalanan hidup manusia.
Mimpi hanyalah media agar manusia terus melanjutkan kehidupan di dunia sampai pada akhirnya mampu menjangkau ke dalam Jiwa Dunia dan mampu melihat hal tersebut sebagai bagian dari Jiwa Tuhan.
Bermimpilah dan wujudkanlah mimpi itu!
Tentang Penulis
Kehidupan Paulo Coelho selalu menjadi sumber inspirasi utama buku-buku karyanya.
Dia pernah bercumbu dengan maut, luput dari kegilaan, bermain-main dengan obat terlarang, bertahan dari siksaan, bereksperimen dengan sihir dan alkimia, mempelajari filsafat dan agama, membaca dengan rakus, kehilangan dan menemukan kembali imannya, dan mengalami rasa sakit dan nikmatnya cinta.
Dalam perjalanannya mencari tempatnya sendiri di dunia, dia telah menemukan jawaban-jawaban atas berbagai tantangan yang dihadapi semua manusia.
Dia percaya bahwa di dalam diri kita ada kekuatan yang dibutuhkan untuk menemukan takdir kita sendiri.
Buku-buku Paulo Coelho telah dialihbahasakan ke dalam 83 bahasa dan sudah terjual lebih dari 320 juta eksemplar di lebih dari 170 negara.
Novelnya tahun 1998 yang berjudul Sang Alkemis telah terjual lebih dari 85 juta eksemplar dan telah dikutip sebagai inspirasi oleh berbagai orang seperti Malala Yousafzai dan Pharrell Williams.
Paulo Coelho merupakan anggota Brazilian Academy of Letters dan telah menerima Chevalier de l’Ordre National de la Legion d’Honneur.
Pada tahun 2007, dia ditunjuk sebagai Duta Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dapatkan buku Sang Alkemis di Gramedia.com.