Review Novel The Girl Who Fell Beneath the Sea
Saat diperhadapkan dengan beberapa pilihan, saya sering merasa ragu dan mencemaskan pilihan-pilihan saya.
Perlu banyak pertimbangan, terlebih jika itu tidak hanya menyangkut kehidupan saya.
Kali ini saya ‘beruntung’ karena menemukan bacaan yang mengajarkan saya dalam making decisions.
Novel The Girl Who Fell Beneath the Sea merupakan karya fantasi-romansa dari Axie Oh.
Novel ini terinspirasi dari cerita rakyat Korea Selatan yang berjudul The Tale of Shim Cheong.
Menurut cerita rakyat ini, Shim Cheong mengurbankan dirinya untuk terjun ke lautan menjadi pasangan Dewa Laut asalkan ayahnya bisa mendapatkan kembali penglihatannya.
Ayah Shim Cheong sembuh, tapi Dewa Laut menolak Shim Cheong dan dia dikembalikan ke daratan.
Kelebihan Novel The Girl Who Fell Beneath the Sea
Meski hadir dalam The Girl Who Fell Beneath the Sea, yang menjadi pusat cerita adalah Mina, bukan Shim Cheong.
Mina adalah gadis yang berasal dari satu desa di Korea Selatan yang terus-menerus mengalami badai.
Menurut cerita para penduduk desa, Shim Cheong yang merupakan gadis tercantik di desa ditakdirkan untuk menjadi pengantin terakhir Dewa Laut dan akan menyelesaikan badai-badai tersebut.
Akan tetapi, pada hari Shim Cheong akan dikorbankan ke laut, Mina mengambil alih peran Shim Cheong.
Bukan karena dia terlalu baik atau ingin populer seperti para pengantin sebelumnya.
Mina berkorban karena dia tidak rela kakaknya, Joon, harus sedih karena kehilangan kekasihnya—Shim Cheong.
Setelah melompat ke laut, Mina tidak lantas mati.
Dia tetap hidup sebagai manusia dan masuk ke Alam Arwah, dunia tempat para dewa dan arwah.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Alam Arwah ini dideskripsikan dengan sangat indah (kalau kamu penyuka film Spirited Away, dijamin kamu bisa dengan mudah membayangkan Alam Arwah di novel ini) dan mendetail.
Kembali pada Mina, di Alam Arwah, Mina mencari-cari keberadaan sang Dewa Laut.
Dibimbing oleh Benang Merah Takdir (yang dipercaya menghubungkan dua orang yang saling berjodoh), Mina sampai di istana Dewa Laut.
Di sana, dia menemukan Dewa Laut yang ternyata berwujud seorang remaja laki-laki.
Dan Dewa Laut sedang tidur.
Bagaimana mungkin saat para penduduk desa berdoa meminta badai dihentikan dan sang Dewa tertidur? Kemarahan Mina memuncak, ia ingin membunuh Dewa Laut dengan belati warisan neneknya.
Tapi tiga sosok lelaki menghalangi rencana Mina.
Benang Merah Takdir-nya diputus dan suaranya diambil, dijadikan suara burung kurcaci.
Bagaimanapun, dia harus menyelesaikan misinya dalam 30 hari, atau dia akan menjadi arwah selamanya.
Mina adalah gadis yang cerdas, tegas, penyayang—apalagi jika sudah menyangkut keluarga dan para penduduk desa.
Tapi Mina juga tidak mau dibutakan oleh kemarahan dan dendamnya kepada sang Dewa Laut.
Mina memiliki rasa takut, tapi kehangatan di dalam dirinya menjadi kekuatannya yang utama. Tak hanya di dunia manusia, di dunia arwah pun, dia terus menolong siapa pun.
“Aku memang sama seperti pengantin lainnya. Aku tahu bagaimana rasanya mencinta seseorang sampai membuatku rela melakukan apa pun untuk melindunginya. Siapa kau berani menentukan seperti apa takdirku—apakah aku akan gagal atau berhasil? Kau tidak berhak memutuskan takdirku. Takdirku adalah milikku.”
Semoga bisa menjadi catatan kala hidup terasa begitu membebani dan mengimpit.
Dapatkan segera novel The Girl Who Fell Beneath the Sea di Gramedia.com.