Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Wingit memiliki arti suci, keramat, dan angker.
Kesan inilah yang selanjutnya dibawa Sara Wijayanto ke dalam bukunya yang diterbitkan pada Desember 2020 lalu.
Saat ini Sara dikenal sebagai content creator atau Youtuber yang sering membagikan pengalamannya saat menelusuri tempat-tempat misterius melalui channel youtube "Diary Misteri Sara (DMS)”.
Selain ingin mengetahui rahasia yang tersembunyi dari tempat-tempat tersebut, Sara juga ingin menunjukkan sisi lain dari ‘mereka’ yang ternyata jauh dari kesan menyeramkan.
Buku Wingit ini juga sebenarnya lahir dari pengalaman penelusuran Sara, namun ceritanya terasa lebih menyentuh hati karena Sara secara khusus memberikan tempat tersendiri bagi 7 arwah tersebut untuk menceritakan kisahnya saat masih hidup.
Sebagai pembuka, Sara terlebih dulu menceritakan kesan pertamanya saat bertemu ‘mereka’, dan hal apa saja yang akhirnya membuat Sara mengizinkan sosok tersebut untuk bercerita dan membagikan kisah hidupnya.
Saat menulis buku ini, Sara lebih sering menggunakan sudut pandang orang pertama supaya para pembaca bisa ikut terbawa suasana dan merasakan menjadi sosok yang sedang diceritakan. Temukan Rekomendasi Novel Horor Indonesia disini!
Berikut ini beberapa cerita yang didapat dari mereka.
1. Ningsih
Sosok perempuan berparas ayu dan polos ini tiba-tiba datang menemui Sara di gedung bioskop tua yang sudah lama tidak beroperasi sejak tahun 1990-an.
Dengan membawa perasaan sedih dan kecewa yang mendalam, perempuan ini membuat Sara merinding saat melihat darah yang membasahi kain kebayanya dari bagian bawah perut sampai ke kaki.
Ningsih pernah tinggal di pedalaman Bogor, dulunya dia dikenal sebagai gadis paling cantik dan menjadi idaman para pemuda desa, tapi tidak ada satupun dari mereka yang membuat Ningsih tertarik.
Sampai suatu hari datang seorang pemuda baik hati yang sedang bertugas di desa tempat Ningsih tinggal, namanya Prastowo Adiguno, dan keduanya saling jatuh cinta.
Beberapa bulan kemudian, Ningsih hamil. Tapi niat Ningsih untuk memberitahu kabar ini tidak berjalan sesuai rencana karena Pras sudah keburu bertunangan dengan Sri, gadis pilihan orang tuanya.
Ningsih yang marah pergi meninggalkan Pras, dia bertekad untuk menggugurkan kandungannya dan bersumpah akan kembali lagi untuk merebut Pras.
Tekad kuat Ningsih tidak dibarengi dengan kekuatan tubuhnya, dia kehilangan banyak darah.
Bersamaan dengan keluarnya janin dari dalam perutnya, jiwa Ningsih juga ikut keluar meninggalkan raganya.
Selama bercerita, Sara sebenarnya menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan sosok ini, dan kecurigaannya terbukti, segala cerita yang dituturkan Ningsih ternyata tidak bisa dipercaya sepenuhnya.
Baca juga: Rekomendasi Novel Terbaru & Terbaik yang Bagus
2. Marni
Perempuan ini sebenarnya sudah menghantui Sara sejak lama, butuh waktu tiga tahun bagi Sara sampai akhirnya dia memberanikan diri untuk mengajaknya berkomunikasi.
Marni adalah penari Ronggeng di tanah Jawa era 1900-an, saat itu Indonesia masih berada dalam jajahan Belanda.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Kehidupan yang serba susah mengharuskan Marni untuk terus menari, bahkan dia juga harus memenuhi undangan meneer Belanda yang memintanya menari secara khusus di kediamannya, dan ini semua dijalani Marni dengan hati yang ikhlas.
Kerja kerasnya membuahkan hasil, grup tarinya tidak pernah sepi undangan, Marni sukses besar sampai membuatnya mampu membeli rumah sendiri.
Tapi hidup Marni berubah sejak pertemuannya dengan Ratih, gadis 15 tahun yang hidup sebatang kara.
Marni membawa Ratih kerumahnya, menganggapnya sebagai adik, mengajarinya menari Ronggeng, tapi tanpa Marni sadari ada rahasia besar pada diri Ratih yang akan menjadi bumerang bagi hidup Marni beberapa tahun kemudian.
Pada sosok Marni, pembaca diajarkan untuk selalu berhati-hati bahkan dengan orang terdekat sekalipun, karena semua kebaikan dan ketulusan kita tidak akan ada artinya jika orang lain sudah terlanjur gelap mata.
3. Siti
Ada satu sosok juga yang kisahnya menarik perhatian dan terasa sangat membekas, namanya adalah Siti.
Dia tidak pernah bisa memilih jalan hidupnya, lingkungannya membawa dia masuk ke dalam lorong gelap, dia tidak bisa berbuat apapun kecuali mengikuti kemana arah angin takdir akan membawanya.
Siti bersama ibunya tinggal di komplek pelacuran Batavia, yang membuat Siti selalu kesepian karena ibunya sibuk ‘melayani pelanggan’.
Pengalaman semasa kecil dan lingkungan tempat tinggalnya membuat Siti jadi ikut terbawa arus, dia tumbuh menjadi gadis cantik sekaligus primadona yang memiliki bayaran tertinggi di komplek tersebut.
Tapi pekerjaan yang menghasilkan banyak uang ini tidak berarti apa-apa bagi Siti, dia merasa hidupnya kosong.
Saat perjalanan pulang dari pasar, kendaraan Siti melintasi sebuah Masjid yang ramai suara orang mengaji, Siti merasakan jiwanya damai, dia menemukan cahaya baru.
Siti bertekad kuat untuk pergi meninggalkan lingkungan tempat tinggalnya dan pindah ke desa lain, dia ingin fokus memperdalam agama dan memperbaiki hidupnya dengan berjualan kain atau makanan di pasar.
Tapi sayangnya, angan-angan hidup bebas yang Siti impikan tidak pernah jadi kenyataan, hidupnya harus berakhir dengan cara yang mengenaskan, bahkan sebelum dia berhasil mencapai cahaya yang selama ini didambakannya.
Selain ketiga sosok ini, masih ada cerita Mary, Pocong Tanpa Nama, Gadis, dan Rahma, yang kisah hidupnya siap membuat pembaca ikut berempati sekaligus belajar bahwa setiap perbuatan buruk, akan menuai hasil yang buruk di kemudian hari.
Sara mengemas buku ini dengan cara yang menarik, tidak ada kesan horor yang sengaja ditambahkan, semua ceritanya mengalir dan tersampaikan dengan baik.
Selain dipisahkan dengan bab bertuliskan nama sosok yang akan diceritakan, Sara juga menyelipkan ilustrasi yang menggambarkan bagaimana sosok ini saat menampakkan wujudnya kepada Sara, sehingga pembaca bisa mendapatkan bayangan bagaimana sosok aslinya.
Kesan dan pesan yang ingin disampaikan dalam buku ini sebenarnya sudah cukup jelas, bahwa seberat apapun ujian hidup yang dimiliki, kita sebagai manusia jangan sekali-kali menyerah karena hal itu nantinya akan membawa energi negatif dalam diri kita.
Belajar untuk ikhlas dan memaafkan kesalahan orang lain jauh lebih penting supaya kita bisa merasakan kedamaian hati dan jauh dari perasaan kecewa, marah, dan dendam yang akan berdampak buruk bagi diri kita maupun orang lain.
Bagi kamu yang penasaran sosok seperti apa lagi yang mencoba bercerita dalam buku Wingit, kamu bisa membeli buku ini di Gramedia.com, atau kamu juga bisa membeli versi e-booknya melalui Gramedia Digital.