Hari Buku Nasional diperingati setiap tanggal 17 Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun Perpustakaan Nasional.
Hari Buku Nasional ini pertama kali diperingati pada tahun 2002.
Pencetusnya adalah Abdul Malik Fadjar, Menteri Pendidikan Nasional kala itu.
Tujuan dari diperingatinya Hari Buku Nasional adalah untuk meningkatkan minat baca di Indonesia yang masih tergolong sangat rendah.
Berdasarkan data statistik UNESCO tentang tingkat literasi dunia, rata-rata nilai minat baca di Indonesia adalah sebesar 0,001%.
Atau bisa diartikan, hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia yang suka membaca buku. Sungguh nilai yang memprihatinkan, bukan?
Minat baca yang rendah ini juga memengaruhi tingkat produksi dan penjualan buku di Indonesia yang terbilang sangat rendah..
Rata-rata tingkat produksi buku di Indonesia adalah 18 ribu per tahun.
Sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Jepang (40 ribu per tahun), India (60 ribu per tahun), dan Tiongkok (140 ribu per tahun).
Padahal, Indonesia memiliki banyak penulis berbakat yang karya-karyanya bahkan sudah diakui dunia
Apa saja buku-buku dari penulis Indonesia yang sudah mendunia? Yuk, simak daftar berikut ini!
Rekomendasi Buku dari Penulis Indonesia
1. Cantik Itu Luka – Eka Kurniawan
Novel pertama dari Eka Kurniawan yang diterbitkan di tahun 2002 ini telah diterjemahkan dalam 34 bahasa.
Novel ini sudah mengantarkan Eka Kurniawan menyabet beragam penghargaan internasional.
Pada tahun 2003, novel ini memasuki daftar panjang Khatulistiwa Literary Award dan di tahun 2016 berhasil meraih penghargaan World Readers’ Award.
Novel ini bercerita tentang seorang wanita bernama Dewi Ayu yang hidup di masa kolonialisme bersama dengan ketiga putrinya.
Kecantikan Dewi Ayu ternyata tidak selamanya menjadi berkah baginya dan keluarganya.
Cantik Itu Luka mengisahkan tiga generasi keluarga Dewi Ayu dengan macam-macam tingkah yang akan membuat pembaca geleng-geleng kepala. Baca selengkapnya Resensi Novel Cantik Itu Luka.
2. Laut Bercerita – Leila S. Chudori
Novel fiksi historis ini berlatarkan era reformasi di tahun 1998 sampai 2000. Novel ini menerima penghargaan SEA Write Award di tahun 2020.
Laut Bercerita mengisahkan perjuangan seorang aktivis muda bernama Biru Laut bersama teman-temannya sesama mahasiswa di masa Orde Baru.
Keberanian Biru Laut dan teman-temannya diganjar dengan penculikan mereka oleh sekelompok oknum. Penyiksaan tak bisa mereka hindari.
Kisah pilu ini menyisakan duka pada keluarga yang ditinggalkan, yang tak mengetahui nasib mereka yang dibawa pergi.
Laut Bercerita adalah salah satu novel fiksi historis paling populer saat ini.
3. Bumi Manusia – Pramoedya Ananta Toer
Bumi Manusia adalah buku pertama dari serial legendaris Tetralogi Pulau Buru karya sastrawan besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Sampai tahun 2005, buku ini sudah diterjemahkan ke dalam 33 bahasa dan masih tetap dicetak ulang sampai sekarang.
Bumi Manusia menggambarkan kondisi Indonesia di masa kolonialisme Belanda.
Tokoh utama dalam novel ini adalah Minke, ia merupakan seorang pribumi yang revolusioner.
Minke adalah sosok yang penuh dengan semangat juang yang tinggi untuk belajar agar dapat maju dan berkembang.
Pramoedya memasukkan banyak nilai tentang nasionalisme, semangat juang dan semangat belajar, kebudayaan Indonesia, dan lainnya.
Meskipun buku ini dulu sempat dilarang beredar karena dinilai memiliki paham terlarang, kini buku ini sudah diperjualbelikan dan dapat dibaca oleh siapa saja.
4. Laskar Pelangi – Andrea Hirata
Laskar Pelangi merupakan buku pertama dari tetralogi yang ditulis oleh Andrea Hirata.
Pada tahun 2013, Laskar Pelangi yang telah diterjemahkan ke Bahasa Inggris memenangkan penghargaan New York Book Festival.
Novel ini menceritakan kisah tentang perjuangan anak-anak dari sebuah SD kecil di Belitung yang berasal dari keluarga yang serba kekurangan.
Tokoh-tokoh dalam novel ini yaitu Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani, dan Harun.
Saking miskinnya desa tersebut, sekolah mereka terancam dibubarkan karena kekurangan siswa
Pahit manis kehidupan anak-anak tersebut digambarkan dengan sangat baik oleh Andrea Hirata dalam kisah yang memikat dan memiliki banyak sisi lucu.
Laskar Pelangi telah diterjemahkan dalam 23 bahasa di seluruh dunia dan tercatat sebagai karya sastra Indonesia paling laris sepanjang sejarah! Baca mengenai Resensi Novel Laskar Pelangi.
5. Saman – Ayu Utami
Berhasil menyabet penghargaan bergengsi dari Belanda, Prince Clause Award pada tahun 2000, Saman adalah novel karya Ayu Utami yang pertama rilis di tahun 1998.
Saman bercerita tentang persahabatan empat orang perempuan dan seorang mantan pastor bernama Saman.
Saman mengambil latar pada rezim Orde Baru dan memuat banyak pandangan mengenai kondisi sosial, politik, dan kebudayaan Indonesia di era tersebut.
Ayu Utami juga dianggap sebagai pencetus aliran Sastra Wangi, yang merupakan karya sastra yang membahas mengenai objek-objek tabu bagi perempuan.
Saman telah diterbitkan dalam delapan bahasa hingga hari ini.
Masih banyak karya lain dari penulis Indonesia yang memenangkan penghargaan dan diterjemahkan ke dalam bahasa asing.
Dari lima buku tersebut, ada kah yang sudah kamu baca? Atau malah belum dan ingin segera membacanya?
Jika kamu tertarik untuk membacanya, kamu bisa mendapatkan buku-buku tersebut dan yang lainnya hanya di Gramedia.com!
Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, borong semua buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya.