Apa Itu Batasan Diri? Kenali agar Hidup Lebih Tenang dan Bahagia

Lihat Foto
Sumber Gambar: Freepik.com
Apa Itu Batasan Diri
Rujukan artikel ini:
Set Boundaries
Pengarang: Nedra Glover Tawwab
Penulis Vadiyah
|
Editor: Novia Putri Anindhita

Pernahkah kamu merasa sangat lelah karena selalu berkata “iya” pada orang lain, padahal sebenarnya kamu ingin beristirahat atau punya waktu untuk diri sendiri? Jika iya, itu tandanya batasan dirimu mulai tidak tegas.

Dalam psikologi, batasan diri atau personal boundaries adalah garis tak terlihat yang kamu buat untuk menentukan apa yang membuatmu nyaman dan tidak nyaman, untuk melindungi energi, emosi, dan kesehatan mentalmu.

Oleh karena itu, penting untuk memahami mengapa batasan diri dapat memberikan perubahan besar dalam hidup.

Artikel ini akan membahas apa itu batasan diri agar hidup menjadi lebih baik dan bahagia.

Apa Itu Batasan Diri

Batasan diri tidak hanya sekadar bilang “tidak”, tetapi memiliki makna yang jauh lebih luas.

Dapat diibaratkan sebagai fondasi kecil yang secara perlahan memengaruhi bagaimana kamu merasakan dan menjalani hidup sehari-hari.

Seseorang yang mudah mengalami burnout, stres, atau terjebak dalam hubungan yang melelahkan, bisa jadi karena tidak menyadari bahwa batasan yang dimilikinya rapuh atau bahkan tidak terbentuk sama sekali.

Batasan diri tidak hanya berkaitan dengan hal fisik.

Ada juga beberapa jenis batasan lain, seperti:

Dengan batasan yang jelas, hidup terasa jauh lebih ringan.

Kamu akan lebih mudah mengatakan “tidak,” lebih berani memilih apa yang terbaik untuk dirimu sendiri, dan tidak cepat lelah karena tuntutan orang lain.

Jika sampai di titik ini kamu mulai berpikir, “Sepertinya aku perlu memperbaiki batasanku,” tenang, kamu tidak sendirian.

Banyak orang baru menyadari pentingnya batasan setelah bertahun-tahun menjalani hidup dengan batasan yang kabur.

Kenapa Batasan Diri Itu Penting? Ini Alasannya

1. Melindungi Kesehatan Mental

Dengan batasan yang jelas, kamu bisa lebih mudah membedakan mana aktivitas, obrolan, atau orang yang membuat nyaman, dan mana yang justru menguras energi.

Terkadang kita tidak sadar, bahwa rasa capek bukan karena pekerjaan yang berlebihan, tetapi karena terlalu banyak mengakomodasi orang lain.

Dengan memiliki batasan diri, ruang emosimu tetap aman dan kamu tidak mudah kewalahan.

2. Mencegah Manipulasi atau Tekanan Berlebihan

Mempunyai batasan membuat kamu tidak mudah ditekan, disudutkan, atau dimanfaatkan.

Kamu jadi lebih peka dengan perilaku yang tidak sehat, entah dari pasangan, teman, atau bahkan keluarga sendiri.

3. Menjaga Hubungan Tetap Seimbang

Hubungan yang sehat berasal dari rasa saling memberi dan menerima dari kedua belah pihak.

Batasan diri membuat kamu tidak tenggelam dalam peran yang selalu berkorban, sekaligus mencegah kamu menuntut terlalu banyak dari orang lain.

Jadi, semuanya berjalan lebih natural dan tidak bikin lelah sendiri.

4. Membantu Kamu Fokus pada Kebutuhan Pribadi

Batasan yang jelas membuat kamu lebih mudah mengatakan “Aku butuh istirahat,” atau “Aku mau fokus dulu.”

Ini bukan egois, melainkan cara jujur terhadap kapasitas diri sendiri karena tidak harus selalu memenuhi ekspektasi semua orang, apalagi kalau itu sampai membuat kamu mengabaikan dirimu sendiri.

5. Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Semakin berani menentukan apa yang kamu mau dan tidak, maka semakin naik rasa percaya dirimu.

Kamu jadi akan terbiasa jujur kepada diri sendiri dan orang lain.

Semakin kamu teguh dengan batasanmu, semakin terasa kalau kamu punya kendali atas hidupmu.

Jenis-Jenis Batasan Diri

1. Batasan Fisik

Batasan fisik berkaitan dengan jarak, sentuhan, dan ruang gerak yang membuatmu merasa nyaman.

Mungkin kamu pernah mengalami saat seseorang berdiri terlalu dekat atau melakukan terlalu banyak kontak fisik hingga membuatmu bertanya dalam hati, “Kenapa tiba-tiba jadi seperti ini, ya?.”

Situasi seperti ini terjadi karena batasan fisikmu tersentuh atau dilanggar tanpa persetujuanmu.

Kamu memiliki hak penuh untuk menentukan apakah kamu nyaman dengan pelukan, sentuhan, atau sekadar jarak interaksi dalam pertemuan sehari-hari.

2. Batasan Emosional

Batasan emosional berkaitan dengan apa yang mau kamu bagi dengan orang lain dan apa yang tetap kamu simpan sendiri.

Dengan batasan emosional yang sehat, kamu tidak mudah terbawa drama orang lain dan terseret ke dalam masalah yang bukan tanggung jawabmu.

3. Batasan Waktu

Jika kamu masih sering kewalahan karena jadwal padat dan tetap bilang “iya” ke semua orang, artinya batasan dalam diri kamu belum kuat.

Memiliki batasan waktu akan sangat membantumu menentukan kapan bisa membantu orang lain dan kapan harus fokus ke urusan diri sendiri.

4. Batasan Digital

Di era digital dan medsos yang semakin maju, batasan digital menjadi sangat penting.

Batasan ini berkaitan dengan informasi apa saja yang boleh diakses atau diketahui orang lain, mulai dari kata sandi, foto pribadi, hingga isi percakapan.

Termasuk juga keputusan tentang kapan kamu ingin membalas pesan.

Kamu sepenuhnya berhak mengatur privasi digitalmu, sekaligus menjaga kesehatan mental dari paparan dunia online yang berlebihan.

5. Batasan Finansial

Batasan finansial dapat membantu kamu mengatur sejauh mana kamu mau terlibat urusan uang dengan orang lain.

6. Batasan Nilai Pribadi

Setiap orang memiliki keyakinan, gaya hidup, dan hal yang dianggap penting.

Oleh karena itu, sangat penting memiliki batasan nilai pribadi.

Kamu berhak mempertahankan nilai-nilai yang kamu yakini tanpa merasa bersalah atau terpaksa demi menyenangkan orang lain.

Tanda Batasan Diri Kamu Sedang Diabaikan

Kenali tanda-tanda berikut agar kamu tidak semakin kewalahan dan bisa segera mengambil langkah yang tepat.

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

1. Sering Berkata “Iya” Padahal Ingin Mengatakan “Tidak”

Ini adalah tanda yang paling umum.

Kalau kamu selalu menyetujui permintaan orang lain meskipun sebenarnya ingin menolaknya, berarti batasan waktu atau energimu sedang diabaikan.

2. Kelelahan Emosional Setelah Berinteraksi dengan Orang Lain

Kelelahan fisik itu wajar, tetapi kelelahan akibat berinteraksi adalah hal yang berbeda dan perlu diperhatikan.

Jika setelah berinteraksi dengan orang tertentu mood kamu menjadi turun, ingin menyendiri, atau membutuhkan waktu lama untuk kembali merasa stabil, itu menandakan bahwa batasan emosionalmu sering kamu abaikan.

3. Muncul Rasa Bersalah Ketika Memilih Diri Sendiri

Ketika kamu ingin beristirahat atau menolak permintaan seseorang, tetapi langsung merasa bersalah.

Ini menunjukkan bahwa batasanmu belum benar-benar dihormati, baik oleh orang lain maupun oleh dirimu sendiri.

Rasa bersalah ini sering kali membuatmu kembali mengabaikan kebutuhan pribadi dan menempatkan orang lain sebagai prioritas utama.

4. Merasa Dipaksa atau Dituntut Memenuhi Ekspektasi Orang Lain

Ketika seseorang menuntut sesuatu yang tidak sesuai dengan kapasitas atau nilai yang kamu pegang, dan kamu merasa terpojok, itu bukan sekadar perbedaan pendapat melainkan pelanggaran batasan.

Misalnya, diminta terus-menerus lembur tanpa kompensasi yang layak, atau didorong untuk membagikan cerita pribadi yang sebenarnya membuatmu tidak nyaman.

5. Kewalahan Karena Terlalu Banyak Permintaan

Jika daftar “iya” yang kamu ucapkan semakin menumpuk hingga membuatmu tidak punya waktu makan dengan tenang atau tidur yang cukup, itu pertanda batasan waktu dan energi perlu diperkuat.

Dampaknya mungkin muncul secara perlahan, tetapi sangat nyata, yakni peningkatan stres, mudah marah, dan menurunnya kualitas hidup.

6. Kebingungan Soal Prioritas dan Hilangnya Kontrol

Kamu mulai merasa hidupmu diarahkan oleh orang lain, atau keputusan penting sering dibuat tanpa melibatkanmu.

Jika hal ini terjadi, kemungkinan besar batasan terkait peran dan nilai pribadimu kerap diabaikan.

7. Muncul Perasaan Diremehkan, Tidak Dihargai, atau Sering Dimanfaatkan

Jika orang di sekitarmu kerap menyepelekan batasan yang kamu tetapkan, misalnya menunda janji tanpa alasan, meminjam barang tanpa izin, atau mengabaikan ucapanmu itu merupakan tanda bahwa batasanmu tidak dianggap serius.

Mengenali tanda-tanda ini sejak awal sangat penting agar kamu dapat mulai memperkuat batasan sebelum rasa lelah semakin menumpuk.

Cara Menetapkan Batasan Diri yang Sehat Tanpa Drama

1. Kenali Kebutuhanmu

Sebelum menyampaikan batasan kepada orang lain, penting untuk memahami apa yang membuatmu nyaman dan tidak nyaman.

Perhatikan momen yang membuatmu lelah padahal kegiatannya biasa saja, atau saat muncul pikiran, “Harusnya tadi aku tidak setuju.”

Dari situ, kamu akan mulai melihat pola tentang apa yang sebenarnya kamu butuhkan.

2. Perhatikan Sinyal Tubuhmu

Tubuh biasanya sering memberi sinyal lebih cepat daripada pikiran.

Jika kamu merasakan perut tidak nyaman, bahu menegang, atau mood menurun tiba-tiba saat berinteraksi dengan seseorang, itu merupakan sinyal penting.

Bisa jadi ada batasan yang dilanggar, atau kamu sedang memaksakan diri melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan dirimu.

3. Komunikasikan Batasanmu dengan Jelas

Kamu tidak perlu bersikap keras untuk terlihat tegas.

Gunakan kalimat sederhana, seperti:

Tujuan dari komunikasi ini bukan untuk menyakiti orang lain, tetapi untuk menjaga dirimu sendiri.

4. Hindari Menjelaskan Panjang Lebar

Kamu tidak memiliki kewajiban untuk memberikan alasan yang panjang lebar.

Jika kamu tidak ingin, cukup katakan bahwa kamu tidak ingin.

Penjelasan yang terlalu detail justru dapat membuat orang lain menganggap batasanmu bisa dinegosiasikan.

5. Belajar Menerima Reaksi Orang Lain

Ketika kamu mulai bersikap lebih tegas, mungkin ada orang yang protes, kecewa, atau bereaksi berlebihan.

Wajar, karena mereka terbiasa dengan versi dirimu yang selalu mengatakan “iya.”

Namun ingat, reaksi mereka bukan tanggung jawabmu.

Yang terpenting adalah kamu menyampaikan batasan dengan cara yang sopan, jelas, dan tetap konsisten.

6. Konsisten dengan Batasan yang Kamu Buat

Jika kamu berubah-ubah, orang lain juga akan bingung atau bahkan mencoba menguji batasanmu kembali.

Konsistensi adalah kunci.

Semakin teguh kamu, semakin jelas pula bagi orang lain bagaimana seharusnya mereka memperlakukanmu.

Membangun batasan diri bukan tentang menjadi keras atau menjauh dari orang lain, tetapi tentang menghargai dirimu sendiri.

Batasan yang kuat akan membuat hubungan menjadi lebih seimbang, keputusan lebih bijak, dan hidup terasa jauh lebih ringan.

Agar pemahamanmu tentang batasan diri semakin luas, kamu bisa membaca sumber bacaan yang relevan.

Buku Set Boundaries karya Nedra Glover Tawwab memberikan tips dalam menjalin hubungan yang sehat dengan memiliki batasan untuk melindungi diri sendiri.

Batasan-batasan yang dijelaskan dalam buku ini meliputi batasan pakarjaan dan kehidupan pribadi, menghadapi orang yang menjengkelkan, serta membentuk hubungan yang menyenangkan dengan teman, keluarga, dan pasangan.

Selain itu, buku The Courage to Be Disliked karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga juga dapat menjadi referensi tambahan yang relevan.

Buku ini mengajak pembacanya melihat kehidupan melalui perspektif psikologi Adler.

Salah satu gagasan utamanya menekankan bahwa kamu tidak hidup untuk memenuhi ekspektasi orang lain.

Bagi kamu yang sering takut ditolak, khawatir mengecewakan orang lain, atau mudah merasa minder, buku ini bisa menjadi pengingat untuk membuka pola pikir baru.

Dapatkan kedua bukunya di Gramedia.com atau Gramedia Digital untuk versi digitalnya.

TAG:

Terkini
Lihat Semua
Jelajahi