Contoh Puisi tentang Hujan yang Memiliki Makna Mendalam

Lihat Foto
Sumber Gambar: Freepik.com
Puisi Hujan 
Rujukan artikel ini:
Hujan Bulan Juni: Sepilihan Sajak
Pengarang: Sapardi Djoko Damono
|
Editor: Puteri

Hujan menjadi salah satu momen yang bisa membangkitkan emosi dan perasaan, mengingat situasinya yang terkesan sendu dan dingin.

Hujan mempunyai makna tersendiri untuk masing-masing orang karena mampu membawa sejuta momen dan makna.

Tidak sedikit pula yang memaknai hujan dengan ungkapan kesedihan sebagai bentuk mengenang sesuatu di masa lalu yang membangkitkan rasa galau di hati.

Tidak jarang hujan kerap dijadikan sumber inspirasi untuk menulis lagu maupun puisi karena memang dapat memantik rasa serta emosi.

Dengan menuliskan puisi, seseorang bisa mencurahkan isi hatinya yang bergejolak seperti kerinduan atau kesedihan.

Puisi adalah salah satu karya sastra yang populer, di mana banyak yang menikmati kata-kata yang dirangkai dengan indah karena memiliki kedalaman makna yang terasa relate dengan perasaan kita.

Maka dari itu, puisi dan hujan adalah kombinasi yang sempurna untuk membangkitkan kedalaman rasa dan emosi tentang memori yang pernah terjadi.

Rintik hujan dan suasana mendungnya seakan mampu menghipnotis siapa saja untuk ikut terhanyut dalam atmosfer yang melankolis.

Lantas, seperti apakah contoh puisi tentang hujan yang dapat membangkitkan perasaan? Simak beberapa contoh puisi tentang hujan yang mempunyai makna mendalam berikut ini.

Contoh Puisi tentang Hujan

1. Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon yang berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan Juni

Dihapuskannya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar

Pohon bunga itu

2. Memori Tetesan Hujan karya Setia Erliza

Sehelai daun hijau panjang

Menutupi mahkota dari derasnya hujan

Menuju tempat lautan ilmu

Beberapa tahun yang silam

Saat aku duduk di bangku sekolah dasar

Memori daun pisang menjadi bait kisah haru

Menempa kisah di musim penghujan

Basah?

Ayah, derasnya hujan menerpa tubuhmu

Sambil menggigil kau genggam tanganku

Jelas terlihat dari tangan keriputmu

Menuntunku di bawah derasnya hujan

Daun pisang mengukir kisah haru

Ciptakan kenangan indah tak terhingga

Antara aku, ayah, dan hujan

3. Percik Hujan karya Babeth Kartika

Dirimu adalah kabut, putih dan senyap

Beriring berjalan, dalam derai angin menembus batas waktu kejenuhan

Halilintar sang murka, memerah, mencabik, hingga kau lelah dan terburai

Jatuh

Melewati lapis angin yang menerpa, helai demi helai

Melewati ribuan media yang tak kau hiraukan

Melewati pekatnya ruang hampa, dingin, kadang panas

Aku hanyalah sekeping daun

yang menangkapmu sebelum hancur ditelan bumi

Dentingmu adalah kehidupanku, juga hembus napasmu

Menanti mentari pagi

agar kau tinggal dalam kelopak jiwaku

4. Gerimis Manis karya Iis Sumiati

Nabastala bermuram durja

Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium

Menyembunyikan sang mentari di balik punggungnya

Jauh, tak terlihat sedikit pun

Menyisakan awan yang kian berarak

Kelabu mengepung segala penjuru

Menyergap menyeruak penuh semarak

Berkumpul di satu titik temu

Merangkai pertunjukan menyejukkan buana

Jalinan gerimis

Di hari Kamis

Tampak miris

Namun, manis

5. Setetes Kenangan dalam Hujan karya Tarisya Widya Safitria

Dulu

Saat semburat jingga nan elok

Saat gumpalan kapas gelap bersanding bersama cakrawala

Tetes kehidupan jatuh serentak

Membombardir ribuan kilometer lahan

Impresi menguap di atas tanah

Larut bersama wewangian hujan

Di bawah rintik-rintik nikmat Tuhan

Tersemat manis indahnya janji masa depan

Penuh kebahagiaan semu berselimut basah

Kini,

Beradu dengan nestapa

Menatap seruan hina yang menyayat jiwa

Menusuk hingga rindu menyeruak keluar

Dengan satu tarikan nafas gusar

Kenangan di Basah Hujan

Rayhandi

Di basah itu memori tersangkut

Menyambut ingat membara bayang

Terlihat warna di pucuk mata

Kurasa memori menari bernyanyi berputar

Masih teringat olehku

Kenyataan yang menggenggam

Hangat menguar melawan dingin

Terbawa sampai ke ulu hati

Aku tak ingin melupa

Rasa di bidang merah masih menyenja

Di bayang barat rasa itu kugantung

Bersama hujan ia melebur

Hujannya deras terasa

Merangkak mencari celah

Batu keras memukulku

Terngiang ingin mengepak

Aku belum larut menjadi abu

Aku masih menjadi ingatan yang takkan raib

Menjadi sepertiga kenangan yang masih hidup di hujan malam

Aku masih menjadi cerita untuk hari ini dan selamanya

Jika membicarakan puisi dan hujan tentunya tidak lengkap rasanya apabila belum membaca buku puisi Hujan Bulan Juni yang ditulis oleh Sapardi Djoko Damono yang tentunya berisi kumpulan puisi yang amat mendalam dan bermakna.

Pesan dan dapatkan bukunya segera di Gramedia.com.

TAG:

Terkini
Lihat Semua
Jelajahi